Selasa, 16 Desember 2008

BENDUNGAN LEMPAKE atau BENANGA

Bendungan Lempake memiliki kemampuan untuk menampung air hujan yang berasal dari hulu sungai Karang Mumus. Luas DAS Karang Mumus sekitar 320 km persegi, bendungan lempake ini merupakan bangunan yang berada dalam system DAS Karang Mumus, dengan luas sub DAS nya, sebesar 195 km persegi (195.000.000 m2).

Menurut sumber, Dinas PU Pengairan Propinsi Kalimantan Timur, Luas Bendungan sekitar 180.000 m2, dengan kedalaman rata-rata 3 m, jadi kapasitasnya 540,000 m3 atau 540.000.000 liter air.

Andai, bila terjadi hujan merata di hulu DAS Karang Mumus pada kawasan seluas 50% dari 195 km2, dengan curah hujan 20 mm, maka akan tertumpah air sebesar (97.500.000 x 0,02 = 1.950.000 m3 atau 1.950.000.000 liter), bila DAS jenuh air (DAS rusak), maka bendungan lempake langsung menjadi tujuan limpasan air hujan, dengan kapasitas 540.000 m3 (dari keadaan kosong, kenyataannya tidak), sisa air hujan sebesar, 1.410.000 m3 air, digelontorkan ke sungai Karang Mumus, setara 282.000 truck tangki air 5000 liter).

Kalau seluruh hulu DAS seluas 195 km2 mengalami hujan merata, bila DAS tidak mampu menampung air karena kerusakan DAS yang seharusnya bisa disimpan, maka air akan di gelontorkan ke sungai Karang Mumus...... Sungai Karang Mumus tidak akan mampu menampung seluruh debit air ini, terjadilah banjir.... apalagi kalau 30% seluruh Samarinda mengalami hujan bersamaan... ditambah lagi dengan curah hujan lebih dari 20 mm.... dan bersamaan terjadi pasang...... ampunnn... (jadi selama pengendalian tata guna lahan berwawasan lingkungan dilaksanakan dengan konsisten dan tegas, daerah langganan banjir akan tetap kebanjiran..... bahkan memunculkan lokasi banjir baru.... buktinya Jakarta)

Penampungan Air Bendung Lempake
Dengan Kapasitas Setara 108.000 truck tangki air 5000 liter



Mercu Bendungan Lempake
Pintu Pembilas Untuk Membersihkan Endapan Lumpur
Pintu Pengatur Untuk Irigasi


Pintu Pembilas


Saat Kemarau
Air Bendungan Lempake



(Oleh Eko PU)

POLDER AIR HITAM

Polder Air Hitam merupakan bagian dari sistem Pengendalian Banjir untuk DAS Sungai Karang Asam Kecil. Bila luas kolam untuk menampun air sekitar 5 ha (50.000 m2), bila kedalamn rata-rata 3 m, maka kemampuan menampung air hujan sebesar 150.000 m3 (setara dengan 30.000 tangki air berkapasitas 5000 liter).



(oleh EkoPU)

KAWASAN TEMINDUNG

Waktu sungai Mahakam mengalami pasang, tidak ada hujan pun saluran di sekitar kawasan temindung dipenuhi oleh air, bahkan ada yang meluber ke jalan, seperti di jalan Gatot Subroto. Bila terjadi hujan, pada kawasan seluas 2,25 km2 (lihat citra satelit yang diarsir), dengan curah hujan 20 mm/hari (0,2 m/hari), maka akan tercurah air hujan di kawasan tersebut sekitar 2.250.000x0,2 = 450.000,- m3, yang tidak bisa mengalir ke saluran karena sudah penuh dengan air akibat pasang laut. Untuk menampung air hujan yang tertumpah, dibutuhkan mobil truck tangki air berkapasitas 5000 liter, sebanyak 90.000 armada truck agar lokasi yang paling rendah di kawasan tersebut tidak terendam air hujan....!!!

Minggu, 14 Desember 2008

SUNGAI KARANG MUMUS

Sungai Karang Mumus memiliki luas DAS sekitar 36.527,73 Ha. Panjang Alur utama sungai Karang Mumus sekitar 40 km, . Sedangkan jarak muara sungai Karang Mumus sampai Bendung Lempake sekitar 15 km. Bendung Lempake dibangun pada tahun 1977, dengan luas tangkapan air sekitar 195 km2.

Secara umum kondisi topografi daerah pengaliran sungai Karang Mumus berbukit-bukit dan juga terdapat daerah datar khususnya di alur sungai Karang Mumus yang berada dalam kota Samarinda. Di sepanjang alur sungai Karang Mumus masuk anak-anak sungai dan juga terdapat beberapa lokasi rawa. Beberapa anak sungai Karang Mumus antara lain sungai Lubang putang, sungai Siring, sungai Lantung, sungai Muang, sungai Selindung, sungai Bayur, sungai Lingai, sungai Bengkuring dan lainnya.

DAS sungai Karang Mumus

Supervisi Kondisi Bendungan Lempake
yang bersisian dengan Sungai Muang

Pintu Pelimpah Bendungan Lempake
Dan menuju ke Sungai Karang Mumus


Penumpukan Sampah di Sungai Karang Mumus
Dekat lokasi Pasar Segiri
(Sumber, dari internet)


Pemukiman di alur sungai Karang Mumus
(Sumber dari internet)


Pemukiman di alur sungai Karang Mumus
(Sumber dari internet)




BERAPA AIR YANG DIGELONTORKAN OLEH KERUSAKAN DAS

Luas DAS sungai Karang mumus sekitar 36.527,73 Ha = 365.277.300 m2. Bila DAS Karang mumus rusak 20%, dan kerusakan tersebut menyebabkan air hujan tidak tidak terserap/tertahan oleh kerusakan tersebut (menjadi lahan kedap air), maka akan ada 73.055.460 m2, luas lahan yang tidak mampu meresapkan air hujan.


Bila turun hujan merata pada bagian yang rusak, misal curah hujan 20 mm, maka akan dibutuhkan truck tangki air berkapasitas 5000 liter sebanyak 292.221 truck disediakan untuk menampung air hujan dengan tinggi 20 mm. Kalau curah hujan terjadi 1 hari, dengan curah hujan 20 mm, bisa anda bayangkan berapa panjang barisan truck tangki yang terjadi...... bila panjang satu truck 3 m, akan ada barisan truck tangki berjajar 8 lapis , dengan panjang barisan dari Samarinda ke Balikpapan.... !!!! (bila Samarinda - Balikpapan 112 km)

Dengan adanya pembangunan, pastilah ada pemanfaatan lahan resapan (hutan, semak, embung, tegalan, rawa, saluran, anak sungai, halaman rumah) menjadi perumahan, mall, jalan, stadion, hotel, lapangan terbang, tempat parkir dan penambangan batu bara, sehingga kerusakan DAS Karang mumus akan semakin parah dan luasan kerusakan bertambah besar, dan ini berjalan terus karena aktivitas pembangunan masih berlangsung. Agar pembangunan tidak merusak lingkungan maka harus menerapkan konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan. (bagaimana?????)

Pengendalian banjir memang permasalahan kompleks, melibatkan banyak disiplin ilmu diantaranya hidrologi, lingkungan, hidrolika, ekonomi, hukum, sosial. Yang jelas luas daerah tangkapan air di Samarinda (DAS Sungai Karang mumus, DAS Sungai Karang Asam Kecil, DAS Sungai Karang Asam Besar, DAS Sungai Loabakung, dan DAS sungai lainnya), pelan tapi pasti luas resapan air semakin berkurang disebabkan aktivitas pembangunan oleh warga Samarinda (membangun perumahan, jalan, fasilitas umum, ruko, mall, stadion, lparkir, lapangan terbang, sawah, penambangan, dll). Sehingga air hujan yang tidak tertampung/teresap menjadi limpasan air permukaan dan menyebabkan banjir dengan debit yang lebih besar dan semakin cepat waktu puncak debit terjadi.

Sudah saatnya Pemerintah kota Samarinda mengambil tindakan tegas dalam rangka pengendalian banjir, yaitu membuat rancangan komprehensiv Tata Guna Lahan yang Berwawasan Lingkungan. Pemerintah harus membuat regulasinya dan syarat-syarat/peraturan dengan rinci dan dijalankan dengan konsisten. Setiap aktivitas yang merubah tata guna lahan baik kecil ataupun besar harus memenuhi syarat/peraturan yang berlaku di Samarinda, bahkan untuk proyek fisik khususnya skala menengah dan besar wajib sudah ada hasil Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dengan AMDAL yang serius (bukan formalitas), maka dampak positif dan negatif terhadap banyak aspek dari sebuah proyek dapat diperkirakan, bila berdampak negatif tentunya harus ada solusi penanggulangannya. Dengan demikian dampak negatif akibat pembangunan dapat ditekan sekecil mungkin.

Selama ini pengendalian banjir dominan dilakukan berorientasi teknis murni: pengaturan dan perbaikan sistem sungai (sistem jaringan sungai, normalisasi sungai, perlindungan tanggul, sudetan, dst); pembuatan Bangunan Pengendali Banjir (Bendungan/dam, kolam retensi, check dam/penangkap sedimen, polder, retarding basin, embung). Kegiatan pengendalian banjir dengan cara ini, berjalan dengan waktu akan muncul kembali karena akar masalahnya belum terselesaikan, yaitu masih berlangsung perambahan daerah resapan untuk kepentingan pemukiman, fasilitas umum, jalan, sawah, dst.

Jadi Syarat dan Regulasi Tata Guna Lahan adalah menjadi akar masalah, berapa persen untuk pemukiman, berapa persen untuk bangunan perdagangan, berapa persen untuk hutan kota, berapa persen untuk waduk, berapa persen untuk infrastruktur, berapa persen untuk sawah atau kebun, berapa persen untuk rawa asli, berapa persen untuk tegalan, berapa persen embung/kolam retensi, dst.

Selain Syarat dan Tata Guna Lahan, perlu ada pengelolaan DAS, konservasi DAS, pengendalian erosi, pengelolaan daerah banjir (rendah), peramalan banjir, peringatan bahaya banjir, penanganan korban banjir, asuransi, dsb.

Harus dipikirkan pula penyediaan pemukiman di daerah padat yang sudah tidak diperkenankan lagi untuk melakukan pembukaan lahan perumahan, dengan penyediaan rumah susun (apartemen) untuk memenuhi perumahan bagi warga Samarinda.

Setiap rumah wajib membuat sumur resapan yang ditetapkan oleh pemerintah kota, berdasarkan lokasi rumah, karakteristik tanah, tinggi muka air tanah, prosentase luas sumur resapan terhadap luas tanah. Dan aturan penutupan halaman rumah dengan paving, atau bahan penutup yang dapat meresapkan air hujan.

Penyediaan fasilitas gedung bertingkat untuk kepentingan bersama pihak swasta, seperti kantor, toko, rumah makan, super market, tempat hiburan, khusunya di pusat kota Samarinda.

Pembangunan jalan kampung dan perumahan harus menggunakan bahan penutup berupa paving stone, yang dapat meresapkan air.

Sosialisasi mengenai membuang sampah pada tempatnya, melakukan pembersihan saluran dan sungai dari sampah, pemindahan dan relokasi pemukiman secara bertahap bagi warga yang tinggal diatas sungai.

Yang terakhir harus melakukan kegiatan pengendalian jumlah penduduk Samarinda, melalui sosialisasi Keluarga Berencana (KB, 2 anak cukup), serta menekan urbanisasi penduduk. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali (tanpa direncanakan dengan ketersediaan sumberdaya alam dan perekonomian setempat) implikasinya sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungan. Penyediaan sumber daya alam, penyediaan lahan, penyediaan energi, penyediaan lapangan kerja, masalah sosial. Semakin bertambah penduduk kota semakin bertambah kebutuhan luas lahan untuk pemukiman, fasilitas umum, ruas jalan, fasilitas perdagangan, akhirnya menggangu kesetimbangan lingkungan, salah satu akibatnya adalah BANJIR.

Sebagai ilustrasi, Jakarta yang sudah sedemikian pesat pembangunannya, dan telah digelontorkan uang ratusan trilyun rupiah untuk pengendalian banjir, kawasan yang puluhan tahun lalu banjir sampai saat ini masih tetap kebanjiran, bahkan ketinggian dan lama genangan banjir lebih besar, celakanya muncul kawasan banjir baru. (konskwensi menjadi kota metropolitan, dengan adanya jalan dan bangunan semua air hujan secepatnya mengalir ke saluran drainase, tidak dimungkinkan ada peristiwa peresapan air ke tanah)


(oleh EkoPU)

PERKIRAAN CURAH HUJAN JANUARI 2009

BMG membuat perkiraan curah hujan untuk bulan Januari 2009



Dari gambar tersebut Samarinda akan mengalami curah hujan menengah 201 - 300 mm.
Sumber : www.bmg.go.id

Sabtu, 13 Desember 2008

CURAH HUJAN SAMARINDA

Dari beberapa penelusuran berita tentang banjir di koran on-line, dokumen-dokumen yang mengacu pada BMG Samarinda diperoleh beberapa cuplikan data curah hujan kota Samarinda.

  1. Menurut BMG Samarinda, selama 28 tahun, curah hujan tertinggi hanya sehari dalam sebulan.
  2. Selama waktu 28 tahun tersebut, akumulasi rata-rata curah hujan tertinggi, diperoleh yang tertinggi pada bulan Desember, sebesar 214,9 mm; dan curah hujan tertinggi kedua bulan Nopember sebesar 189,9 mm
  3. Data 30 tahun, rata-rata curah hujan bulan januari 191 mm/bulan atau ada 18 hari hujan. Pebruari mencapai 175 mm/bulan, dengan hari hujan 17 hari. Stasiun pencatat hujan Temindung, pernah mencatat jam 04.30 s/d 14.00 (9,5 jam) tercatat 53,9 mm.
  4. Kejadian banjir di tahun 1998, adalah banjir terbesar terjadi di Samarinda, tercatat pada waktu itu curah hujan tertinggi pada 9 Juni 1998 sebesar 85,0 mm; 26 Desember 1998 sebesar 74,3 mm.
  5. Enam bulan terakhir tahun 2007, curah hujan tertinggi terjadi pada April 2007 (81,3 mm), namun banjir besar terjadi Februari, dengan curah hujan 50,1 mm. 1 November 2007 tercatat 70,5 mm/hari; 25 November 2007 tercatat 80 mm/hari (subuh sampai sore). Pada sekitar 1 dan 2 Januari 2007 terjadi banjir di beberapa tempat, pada saat itu tercatat tinggi curah hujan 50 mm. Pada juni 2007 (57,0 mm), minggu 17/6/2007 (57 mm), Sabtu 16/6/2007 (25,2 mm), Senin 18/6/2007 (23,3 mm), Rabu 20/6/2007 (9,5 mm).
  6. Awal November 2008, banjir terjadi dimana-mana di Samarinda, pada saat itu tercatat curah hujan 57,5 - 70 mm/hari, dan hujan terjadi berhari-hari. Pada pertengahan November curah hujan tercatat 70 mm/hari. Tanggal 14 November 2008, jam 14.30 tercatat intensitas hujan 52 mm.
Untuk mengecek kebenaran data tersebut, bandingkan sendiri dengan dokumen hasil pencatatan curah hujan dari BMG Samarinda.

Yang jelas dari beberapa peristiwa terjadinya hujan di Samarinda, nilai tinggi curah hujan tidak selalu memiliki korelasi kuat dengan kejadian banjir pada lokasi tertentu di Samarinda, mengapa hal ini terjadi????

Bisa jadi, karena luas kawasan hujan dan distribusinya selalu berubah setiap terjadi peristiwa hujan, dimana variabel luas kawasan dan distribusinya tidak dapat termonitoring oleh stasiun BMG Samarinda, yang jumlahnya terbatas. Sehingga variabel LUAS KAWASAN HUJAN dan DISTRIBUSINYA tidak terdatakan. Bila data untuk variabel CURAH HUJAN dan LUAS KAWASAN HUJAN dan DISTRIBUSINYA tersedia, maka korelasinya dengan BANJIR akan lebih bagus untuk dipahami hubungan sebab-akibatnya. Apalagi ditambah variabel sela, TANGKAPAN AIR, hubungan sebab-akibat antara CURAH HUJAN, LUAS KAWASAN HUJAN dan DISTRIBUSINYA, serta TANGKAPAN AIR terhadap BANJIR akan lebih dipahami dengan sempurna.

Namun bisa juga, CURAH HUJAN tidak berkorelasi kuat dengan BANJIR di suatu lokasi karena ada variabel lain SYSTEM SALURAN (DRAINASE) dan LUAS TANGKAPAN yang menjadi penentu kuat tidaknya korelasi CURAH HUJAN dengan BANJIR di lokasi tersebut.

-------------------------------------------------------------------------------------------------
ILUSTRASI UNTUK MEMBAYANGKAN VOLUME AIR HUJAN

Curah hujan atau tinggi adalah Volume air hujan dalam gelas ukur dibagi luas corong penangkap hujan.

Misal, bila tertampung air hujan pada gelas ukur sebesar 200 ml atau 200 cc atau 200 cm3, dan luas corong (penangkap) air alat ukur 100 cm2, per hari. Hitung berapa tinggi air hujan dan berapa total volume air hujan pada hari tersebut bila hujan terjadi merata di kecamatan Samarinda ulu (58,26 km2)?

Jawab:
maka tercurah hujan setinggi = 200/100 = 2 cm = 20 mm. (selama waktu dihari pencatatan)
Di kecamatan samarinda ulu tercurah hujan 0,02 m x 58.260.000 m2 = 1.165.200 m3. (Bayangkan akan dibutuhkan sebanyak 233.040 truck tangki air berkapasitas 5000 liter dikecamatan tersebut untuk menampung air hujan di hari tersebut!!!, kalau curah hujannya 50 mm, hitung sendiri.....).

Sebagai ilustrasi, di Jakarta pada 9 - 3 Pebruari 2007 (5 hari) , turun hujan berturut-turut, terjadi genangan pada daerah seluas 706,5 km2 pada waktu itu, dengan kedalaman rata-rata air banjir 1 m. (anggap saja tinggi hujan 1 m/5 hari = 20 cm/hari, akan dibutuhkan truck pengangkut air 5000 l sebanyak 28.260.000 truck, untuk menampung air hujan tersebut).

(Oleh EkoPU)

Jumat, 12 Desember 2008

ALUR ANAK SUNGAI DAERAH SEMPAJA

Alur anak sungai yang panjang dan berpenampang sempit
sehingga alur tidak mampu menampung limpasan air hujan
(lihat alur anak sungai menuju sungai Karangmumus, warna garis putih)



Pengurangan daerah tangkapan air
oleh adanya pembangunan GOR Stadion Madya Sempaja


Pemukiman disekitar GOR Sempaja
(lihat alur sungai di sekitar sempaja, warna putih)

AKTIVITAS ANAKKU DI RUMAH

Sejak umur 6 bulan - sampai- sekarang (2,3 tahun)
anakku hari-harinya sering bermain, beraktivitas di lantai rumah

BILA TIDAK TERJADI BANJIR, AKTIVITAS ANAKKU DI RUMAH
BANYAK DILAKUKAN DILANTAI KAMAR dan HALAMAN RUMAH

(umur 6 bulan, tahun 2007)
Sedang bermain di Lantai Kamar Tidur, tidak terjadi Banjir


(umur 1 tahun, pada tahun 2007)
Sedang bermain di Lantai kamar tidurnya, tidak terjadi banjir


(umur 1,2 tahun, 2007)
Sedang bermain di lantai kamar neneknya, tidak terjadi banjir


sudah berumur lebih dari 2 tahun
sedang bermain di lantai Kamar Tidurnya, tidak terjadi banjir


waktu berumur 4 bulan
beraktifitas di ruang tamu dengan kakaknya


Beraktivitas dihalaman rumah
Setelah banjir surut



AKTIVITAS SAAT TERJADI BANJIR
TUNGGU KIRIMAN FOTONYA??!!!

FOTO-FOTO PERISTIWA BANJIR DI SAMARINDA

Banjir di Rumah Istriku Tercinta (Jl. Danau Poso), setiap tahun (khususnya bulan Nopember - Januari) pasti mencicipi rendaman air hujan dan luapan sungai Karang mumus. Kalau sudah begini pastilah ada olahraga air, lempar air pakai nampan, sekarang pakai pompa.
Kalau wkatu pasang tinggi, selokan didepan rumah sudah mendekati bibir lantai di ruang tamu, bila hujan pastilah seperti tampak foto dibawah.

Ini genangan di luar kamar (lorong ruang tamu)
jadi kolam sementara



ini genangan di ruang tamu
lumayan ada kolam pancing

di ruang tamu.

ini kamar tidur istriku, aku dan anakku
kalau sudah begini nggak bisa tiduran di lantai
bermain atau belajar di lantai.
biasanya anakku suka berguling, dan bermain, menulis,
menggambar di lantai.....


Ini foto dari sumber lain di internet,
waktu Jebolnya Bendung Benanga 1998



ini foto dari sumber lain di internet,

waktu Jebolnya Bendung Benanga 1998




sumber diperoleh dari internet
Ini banjir di Simpang Mall Lembuswana, tahun 2008
(kalau disini memang langganan banjir tiap tahun)




Ini banjir bulan Desember 2008
Diperoleh dari internet
(Sayang tidak dijelaskan lokasinya)


Mungkin ada rekan-rekan yang ingin kirim foto banjir di Samarinda,
sebutkan lokasi foto kejadian banjir, waktu, jam
kirim ke: ekopriyoutomo@gmail.com


(oleh EkoPU)



Kamis, 11 Desember 2008

SISTEM PENGENDALIAN BANJIR KOTA SAMARINDA

Di Samarinda ada banyak sungai, diantaranya S. Karang mumus, S. Sambutan, S. Ampera, S. Tempurung, S. Kerbau, S. Kapih, S. Lais, S. Karang Asam Kecil, S. Karang Asam Besar, S. Kujang, S. Loa bakung, S. Loa buah, S. Rapak dalam, S. Mangku jenang, S. Palaran, S. Keledang, S. Palaran, dan masih banyak sungai-sungai kecil lainnya, dan beberapa anak sungai yang memiliki nama sendiri-sendiri.

Sungai utama dan panjang yang melewati daerah perkotaan, yaitu S. Karang mumus, S. Karang Asam Kecil, S. Karang Asam Besar. Ketiga sungai inilah yang melalui daerah padat penduduk dan menjadi alur yang mengalirkan tangkapan air pada masing-masing DAS-nya menuju ke Mahakam.

Konsultan BUMN, telah membuat rencana Sistem Pengendalian Banjir Kota Samarinda, dibagi 3 (tiga) bagian : (1) . DAS sungai Karang Mumus, (2) DAS sungai Karang Asam Kecil, (3) DAS sungai Karang Asam Besar. Adapun rencana jenis bangunan dan kegiatan untuk pengendalian banjir berupa:

1. Pembangunan Bendungan Pengendali 2. Embung atau Polder 3. Normalisasi sungai 4. Pembuatan pintu pengatur pengaruh air pasang/surut di muara sungai

Untuk sub sistem DAS Karang mumus, diusulkan ada perencanaan

Berikut hasil perancangan konsultan BUMN, berupa Sistem Pengendalian Banjir Kota Samarinda.





Berikut rencana Embung Lempake di Hulu DAS Karang mumus
Pada bagian kanan sub DAS S. Karang mumus


Berikut rencana Embung Pampang 1 dan Embung Pampang 2
di hulu Sub DAS Karang Mumus bagian Kiri

Berikut Rencana Embung Muang
yang membuang air melalui sungai muang


Berikut Lokasi Bendungan Lempake
(Sudah dibangun)

Rencana Embung Sempaja (masuk DAS Karang mumus)
Rencana Bendali Suryanata (masuk DAS Karang Asam Kecil)
Rencana Embung Gang Indra (masuk DAS Karang Asam Kecil)
Kolam Retensi Air Hitam (masuk Das Karang Asam Kecil)


Rencana Bendali Damanhuri

Rencana Pengerukan (normalisasi) Sungai
Karang mumus terutama bagian tengah
sampai muara yang mengalami pendangkalan.
Rencana Bendali Karang Asam Besar (DAS Karang Asam Besar)
Normalisasi Sungai Karang Asam Besar
Rencana Pintu Sungai Karang Asam Besar
Rencana Bendali Loa Bakung (DAS Sungai Loa Bakung)
Normalisasi Sungai Loa Bakung (DAS Sungai Loa Bakung)


Rencana Pembangunan Pintu Pengatur Air
di Muara Sungai Karang mumus
mengurangi pengaruh Pasang-Surut Air Laut


(oleh EkoPU)

PETA BUTUT HULU - HILIR SUNGAI KARANGMUMUS

Secara visuil Alur Sungai Karangmumus dan anak sungainya dapat dilihat pada peta butut (jelek) dibawah ini. Peta tersebut menunjukkan dari hulu (pampang, daerah atas sungai) sampai daerah hilir (bertemu dengan sungai Mahakam). Untuk lebih jelasnya lihat gambar alur sungai dengan meng-klik pada peta tersebut.

Di hulu sungai ada ada sub das anak sungai pampang, di tengah ada waduk lempake, sedangkan Bandara Sei siring disekitar anak sungai pampang kanan dan sungai Siring.

Bila stasiun pengukur tinggi muka air sungai dipasang pada titik-titik pertemuan anak sungai dengan alur utama sungai Karangmumus, maka semua data debit sungai dititik tersebut bisa tercatat dan terkumpul. Dan juga, jika stasiun pengukur curah hujan juga dipasang pada beberapa titik dalam DAS Karangmumus, maka data curah hujan, lama hujan, intensitas bisa tercatat dan terkumpul.
Dengan data yang lengkap dan akurat, maka dapat dipelajari/diketahui serta dipahami gambaran mengenai perilaku hubungan sebab-akibat Curah Hujan Harian, Tangkapan Air DAS, Debit Banjir Maksimum Sungai dengan Banjir Yang Terjadi dilokasi-lokasi tertentu di Samarinda, Selanjutnya dapat dilakukan simulasi, prediksi untuk menemukan solusi (jawaban) yang tepat.


PEMUKIMAN DI SEKITAR STADION SEMPAJA BANJIR???

Mungkin anda bisa melihat, peta rupa dari satelit alur anak sungai disekitar Stadion Sempaja yang menuju ke Sungai Karangmumus. (untuk lebih jelasnya klik gambar dibawah ini)



Berikut alur anak sungai di sekitar stadion Sempaja, Samarinda. (untuk meilhat gambar jelasnya klik gambar diabwah)