Jumat, 28 November 2008

MODEL PARADIGMA BANJIR

BANJIR yang terjadi sudah pasti PENYEBAB UTAMANYA ADALAH HUJAN. Namum bila ADA HUJAN di suatu daerah/kawasan BELUM TENTU TERJADI BANJIR. Boleh diambil kesimpulan HUJAN BUKAN MERUPAKAN SYARAT/KONDISI MUTLAK TERJADINYA BANJIR, MASIH ADA SYARAT TAMBAHAN UNTUK MENIMBULKAN BANJIR. Apa syarat tambahan tersebut?????

Jadi hubungan sebab-akibat variabel HUJAN dan BANJIR tidak berlaku mutlak, artinya bila hujan belum tentu terjadi banjir, masih ada variabel lain, sebut saja TANGKAPAN AIR. Variabel HUJAN dan TANGKAPAN AIR adalah variabel sebab dan variabel BANJIR adalah variabel akibat.

Nah, dengan ketiga variabel ini, kita dapat membuat model untuk meramalkan ataupun membuat simulasi banjir yang akan terjadi dengan nilai-nilai tertentu pada indikator dari masing-masing variabel HUJAN dan TANGKAPAN AIR.

Berbicara tentang variabel HUJAN, tentunya tidak terlepas dengan indikator INTENSITAS HUJAN, LAMA HUJAN, LUAS KAWASAN HUJAN, PERILAKU HUJAN ATAS PERIODE WAKTU. INTENSITAS HUJAN merupakan indikator yang digunakan untuk mencatat peristiwa tinggi curah hujan per satuan waktu (mm/menit, mm/jam, mm/hari, mm/minggu, mm/bulan, mm/tahun). LAMA HUJAN adalah indikator untuk mencatat lama terjadinya hujan. Indikator LUAS KAWASAN HUJAN untuk mencatat luas area hujan terjadi pada saat yang bersamaan. PERILAKU HUJAN untuk mencatat pola distribusi hujan berdasarkan waktu apakah konstan atau bervariasi mengikuti fungsi tertentu atau polanya acak.

Nah, untuk mencatat indikator INTENSITAS HUJAN, LAMA HUJAN dibutuhkan sebuah Stasiun pengukur curah hujan untuk mewakili peristiwa hujan pada daerah dimana lokasi stasiun pengukur berada. Untuk mencatat indikator LUAS KAWASAN HUJAN maka dibutuhkan beberapa atau banyak stasiun, untuk dapat menyatakan luas kawasan terjadinya hujan yang bersamaan waktunya. Dan PERILAKU HUJAN dapat dapat didekati dengan menggunakan hasil catatan curah hujan yang bersifat time-series dari stasiun pengukur curah hujan.

Keakuratan ramalan tentang peristiwa banjir ditentukan oleh KEAKURATAN (VALIDITAS dan RELIABILITAS) DATA HASIL PENCATATAN DENGAN INDIKATOR-INDIKATOR HUJAN tersebut diatas. Validitas menyangkut syarat-syarat teknis sebuah alat ukur curah hujan: ukuran gelas, tinggi dan posisi ruang bebas gangguan, waktu pencatatan, sinkronisasi waktu pencatatan, dan masih banyak yang lainnya. Reliabilitas pengukuran dikatakan tercapai, bila secara konsisten ada korelasi kuat hasil pencatatan peristiwa hujan yang terjadi bersamaan antar stasiun curah hujan yang berdekatan atau dengan membuat simulasi hujan tiruan dan mencatat hasil pengukuran dari waktu ke waktu apakah hasilnya konsisten dalam tinggi per satuan waktu dengan percobaan yang bervariasi.

Penting untuk diteliti apakah curah hujan, intensitas, perilaku dari tahun-ke tahun, dari puluhan tahun yang lalu ke puluhan tahun sekarang, atau berabad abad yang lalu dengan waktu sekarang?. (Nah, disinilah histori data hujan itu penting, kalau gak ada data historis hujan orang suka membuat asumsi saja, akhirnya solusi tidak pernah tepat).

Akhirnya yang paling hangat dan selalu diperdebatkan adalah variabel berhubungan dengan TANGKAPAN AIR. Variabel ini meliputi banyak hal atau Faktor : KARAKTERISTIK KONTUR DARATAN, SIFAT SERAPAN LAPIS TANAH, POROSITAS LAPIS TANAH, TUTUPAN LAHAN OLEH TANAMAN/TUMBUH-TUMBUHAN, PROFIL SUNGAI, PANJANG SUNGAI, KARAKTERISTIK SUNGAI, KEMIRINGAN DASAR SUNGAI, SALURAN DRAINASE KAWASAN, KEMIRINGAN SALURAN DRAINASE, KARAKTERISTIK SALURAN DRAINASE, TINGGI MUKA AIR TANAH KAWASAN, TINGGI KAWASAN DARI MUKA AIR LAUT, dan masih banyak hal yang lainnya.

Dari faktor-faktor tesebut ada yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan ada faktor yang terbentuk oleh proses alam (given) alias karakteristik apa adanya. Siklus mengalirnya air hujan dari mulai jatuh ke permukaan daratan sampai kembali ke lautan, akan membentuk sebuah kesetimbangan yang melalui proses berabad-abad, bahkan ribuan tahun, jutaan tahun. Pada proses tersebut ada air hujan yang menerobos lapisan tanah didaratan dan tertahan dalam lapisan tanah atau mengalir dalam lapisan tanah, ada yang tertahan di danau, ada yang tertahan di rawa-rawa, ada yang tertahan di akar tanaman hutan atau semak-semak, ada yang langsung mengalir ke anak sungai dan induk sungai, ada juga yang menguap. Yang perlu menjadi perhatian utama dari proses yang setimbang tersebut adalah faktor penentu kesetimbangan proses yang paling dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya Banjir.

Variabel BANJIR, meliputi sub variabel atau indikator yaitu LUAS KAWASAN BANJIR, TINGGI MUKA AIR BANJIR PER SATUAN WAKTU, SURUT MUKA AIR BANJIR PER WAKTU, TANGGAL DAN JAM TERJADINYA BANJIR, POLA ARAH ARUS AIR BANJIR.

Jelaslah, variabel CURAH HUJAN dan TANGKAPAN AIR berhubungan dengan variabel BANJIR. Dari hubungan ini dapat dibangun hipotesis-hipotesis mayor dan minor. Berangkat dari hipotesis (merupakan fokus masalah) tersebut maka fokus masalah banjir yang terkait dengan hujan dan tangkapan air akan bisa dipecahkan dengan tepat, karena untuk membuktikan kebenaran hipotesis dibutuhkan DATA (bukan asal menyimpulkan SEBUAH DUGAAN (HIPOTESIS) atas asumsi, tapi atas fakta). Data adalah merupakan nilai dari fakta atau peristiwa yang dilihat, diukur, dihitung dan dicatat berdasarkan indikator varibel-variabel yang bersangkutan.

Sebagai contoh hipotesis yang dapat dibangun adalah sebagai berikut:

1. Jika terjadi Hujan pada seluruh kawasan DAS Karang Mumus akan menyebabkan Banjir di Kawasan kecamatan Sungai Pinang Dalam.

2. Jika Rata-rata tinggi curah hujan melebihi 200 mm/jam di stasiun X, Y dan Z selang waktu 3 jam, akan menyebabkan banjir di kawasan Gunung Lingai.

3. Ada hubungan linier antara curah hujan stasiun X dengan tinggi muka air banjir di kawasan Lembuswana.

4. Ada penurunan kapasitas tangkapan air di SUB DAS X SUNGAI KARANG MUMUS. (hubungan antara hujan dikawasan sub das X tersebut dengan banjir dikawasan tertentu yang dipengaruhi oleh sub das X, dibuktikan dengan menggunakan data hujan dan data banjir kawasan tersebut, atau dengan melihat time series hubungan antara curah hujan di sub das x dan debit/tinggi muka air sungai di sub das x tersebut)



Dan masih banyak hipotesis yang dapat dimunculkan, tentunya tergantung pada masalah, identifikasi masalah dan rumusan masalah yang akan dipecahkan atau dicari jawabnya. Dan masalah yang dipecahkan, bersifat teoritis (pengembangan ilmu) atau praktis (terapan) serta merupakan prioritas yang akan ditangani.

Inti dari tulisan singkat ini, menunjukkan bahwa MODEL PARADIGMA HUJAN, TANGKAPAN AIR dan BANJIR serta PENANGANANNYA harus dirancang terlebih dahulu. Model ini merupakan dasar berpikir tentang fenomena banjir yang disepakati bersama antar pemangku kepentingan. Kemudian baru berbicara DATA, cara pengumpulan DATA, instrumen Pengumpul data, biaya serta hal-hal teknis dan non teknis. Tentunya jenis data dan jumlahnya tergantung pada fokus masalah atau rumusan masalah yang ingin dipecahkan.

Implikasi dari masing-masing hipotesis akan dibahas kemudian.....



(ditulis EKO PRIYO UTOMO)